Booking Hotel & Tiket Tanpa Agen

Monday 14 November 2016

5 Hal yang Bisa Dilakukan untuk Membuat Kedai Kopimu 'Berbeda'

Salah satu rahasia sukses untuk membuat kedai kopi terlihat menonjol diantara kedai-kedai kopi lain.
PERTANYAAN yang cukup sering ditanyakan oleh mereka yang ingin membuka kedai kopi, entah dalam hati atau langsung ke konsultan bisnis, biasanya adalah “Bagaimana agar kedai kopi yang akan saya buka lebih berbeda ketimbang kedai-kedai kopi (serupa) lainnya?” Apalagi dengan semakin banyaknya roastery dan kedai kopi yang bermunculan belakangan ini, terlihat ‘lain dari yang lain’ sepertinya adalah kewajiban jika ingin meninggalkan kesan bagi pelanggan. Syukur-syukur, karena itu mereka jadi pengin kembali.
Pembedaan identitas dan ciri kedai ini juga salah satu kegiatan strategis dan taktis yang harus terus menerus dilakukan oleh mereka yang berencana membuka kedai kopi. Karena kalau tohsama juga seperti kedai-kedai kopi lain, maka dimana letak keistimewaan kedai kopi itu? Kita ambil contoh dari Starbucks saja. Para coffee snob bisa saja ‘memaki-maki’ jaringan kedai kopi Internasional satu ini, tapi mereka tak bisa menutup mata terhadap kenyataan bahwa Starbucks bagaimanapun adalah jaringan kedai kopi yang tersukses di seluruh dunia.
Meskipun sekarang sudah masuk Era Kopi Gelombang Ketiga tapi Starbucks tetap bertahan dan sepertinya masih ‘baik-baik saja’. Kenapa? Karena mereka ‘berbeda’. Dan memiliki identitas khusus yang tetap konstan meski gelombang kopi silih berganti. Sedaapp…
Berikut adalah beberapa hal yang bisa dipertimbangkan jika kalian berencana untuk membuka kedai kopi dan membuatnya terlihat ‘beda’.
 1. Adaptasi budaya lokal
Tanpa mengurangi rasa hormat kepada mereka yang menganut prinsip ke-‘Melbourne-Melbourne’-an, salah satu faktor penting yang membuat kedai kopi menjadi berbeda adalah karena ia tidak mengikuti tren. Tapi menciptakan tren. Mungkin bagi beberapa orang, bisa saja definisi kedai kopi yang keren itu adalah terlihat seperti kedai kopi di Melbourne, meskipun kedai kopi specialty sebetulnya bukan hanya ada di Melbourne.
Mengadaptasi budaya dan kesenian lokal termasuk salah satu cara untuk membuat kedai kopi terlihat ‘berbeda’ –di saat semua orang sepertinya sibuk meniru kedai-kedai kopi di Melbourne. Jika kita memerhatikan, arsitektur kedai Starbucks di Shanghai justru terlihat berbeda dengan Starbucks di Fukuoka, atau di Ubud. Mereka memasukkan unsur kedaerahan pada interior dan desainnya dan membuatnya tetap keren. Juga artistik.
Mengadaptasi kesenian lokal ini, selain menciptakan kesan dekat bagi pelanggan yang akan disasar (karena nggak mungkin kan kita mendirikan kedai kopi di Sumatera misalnya, tapi sasarannya bule-bule di Melbourne?—ah, itu lagi. Hahaha…), juga membuat kedai kopi itu terlihat berbeda dan unik. Ada banyak kesenian lokal yang khas, spesifik dan bisa dibuat menarik. Tinggal inisiatif kita saja bagaimana mengeksplorasi dan mengadaptasinya dengan apik.
Kedai kopi Starbucks di Fukuoka terlihat standout dari kedai-kedai di sekitarnya. :p
Kedai kopi Starbucks di Fukuoka terlihat standout dari kedai-kedai di sekitarnya. :p
2. Tentukan waktu operasional yang spesifik
Di Puyallup, Washington, ada sebuah kafe bernama Anthem Coffee and Tea yang memutuskan untuk membuka kafe mereka hanya setelah jam 5 sore. Karenanya mereka memberikan branding “Anthem after 5” pada kafenya. Setiap jam 5 sore, kedai kopi ini umumnya segera beranjak menjadi ajang pertunjukan untuk live music, pemutaran film atau acara khusus yang menjadikannya berkesan secara khusus. Di Jepang, kedai-kedai kopi umumnya hanya buka sampai maksimal jam 6 sore saja—mengikuti coffee time sebetulnya.
Jam-jam operasional yang spesifik ini secara tidak langsung akan ikut menciptakan ‘identitas khusus’ untuk kedai kopi. Dan membuatnya juga terlihat ‘beda’.
jam-operasional
Waktu operasional termasuk penting dalam menentukan identitas kedai kopi.
3. Ciptakan servis khusus
Pelayanan dan servis khusus di kedai kopi bukan cuma bisa membuat pelanggan yang datang menjadi terkesan, tapi juga menciptakan pengalaman personal. Kenapa Starbucks perlu menulis nama kita di cangkir-cangkir kopi mereka dan memanggil nama begitu pesanan telah siap? Menurut saya itu karena, secara psikologi, seseorang suka diperhatikan dan diistimewakan. Menuliskan nama di cangkir kopi menciptakan kesan seolah-olah kopi itu dibuat khusus untuk kita, pun saat nama kita dipanggil oleh para baristanya—apalagi kalau barista itu keren. Lol.
Ada pengalaman khusus yang ditimbulkan oleh servis istimewa seperti ini. Pengalaman semacam ini pulalah yang justru sering menarik pelanggan untuk datang lagi dan lagi. Karena… servis mereka berbeda.
4. Tentukan segmentasi pelanggan
Meski lokasi kedai kopi sebetulnya sudah turut menentukan segmentasi pelanggan/pengunjung kedai yang akan disasar, namun mereka yang ingin membuka kedai kopi juga bisa menentukan segmentasi tambahan lain. Apakah kedai kopi itu akan ditujukan untuk pelanggan kelas menengah (ke atas), atau untuk para pekerja yang kemungkinan penghasilan rata-ratanya sekian per bulan, dan sebagainya. Diferensiasi demikian bisa menciptakan kedai kopi menjadi segmented dan tidak sama dengan kedai lainnya.
Servis yang baik bisa meninggalkan kesan mendalam bagi pelanggan yang datang.
Servis yang baik bisa meninggalkan kesan mendalam bagi pelanggan yang datang.
5. Doing good
Salah satu opsi untuk menarik simpati, yaitu dengan banyak-banyak melakukan ‘amal’ atau hal-hal baik. Misalnya, pada saat ada kegiatan amal atau charity tertentu, sebisanya cobalah untuk ikut serta. Selain baik untuk branding—semakin banyak beramal, setidaknya akan semakin sering kedai kopi itu dikenal— kegiatan baik seperti ini juga bisa memengaruhi pemikiran orang-orang atau pelanggan yang datang. Bahwa kedai kopi itu bukan sekadar mementingkan hal komersil hanya tapi juga peduli sosial. Dan itulah salah satu yang membuatnya ‘berbeda’.

Selamat membuka kedai kopi! :p

Disadur dari buku ‘The Successful Coffee House: 22-Day Action Plan to Build a Relevant and Profitable Business’.
Foto-foto diambil dari situs pencari dan Pinterest.

0 comments:

Post a Comment